Sabtu, 09 Juli 2011

Cerita kehidupan

Ini merupakan cerita panjang yang telah ku alami dalam kehidupan ini.

Dahulu di suatu desa tepatnya pada tanggal 15 juni 1991 telah lahir seorang putra gagah perkasa, harapan masa depan keluarga.
Dia diberi nama Dinta Fikrun Najib Afif Al Ikromy. Karena namanya begitu panjang, maka ia dipanggil dengan nama Dinta. Pada umur 3 bulan ia hijrah ke suatu pulau terbesar di Indonesia, tepatnya di Kalimantan Tengah di kota Pangkalan Bun. Ia semakin tumbuh disana, ia pertama tinggal di suatu rumah petak yang dikontrak oleh orang tuanya. Di sana orang tuanya bekerja sebagai karyawan di sebuah instansi pemerintah dengan penghasilan yang hanya cukup untuk kehidupan mereka saja. Dengan ekonomi yang serba pas-pasan, orang tuanya selalu berjuang agar dapat memenuhi dan menyenangkan buah hatinya, apapu akan dilakukan oleh mereka "TENTUNYA HALAL" terutama ayahnya, beliau sangat sayang kepada Dinta, apapun ia lakukan untuk menyenangkan buah hatinya itu, sampai-sampai beliau rela menjadi tukang parkir di lapangan ketika ada suatu acara akbar disana. Dari hasil parkir itu beliau membelikan sebuah robot-robotan untuk Dinta.
Seiring jalannya waktu, ia semakin tumbuh dan mulai menjejaki bangku sekolah. Ia memulai kegiatan belajar di sebuah Taman Kanak-kanak Masjid Agung. Di sekolah itu ia mulai mendapatkan pelajaran dan banyak teman. Ia termasuk anak yang mempunyai teman banyak dan dikenal baik oleh guru-guru di sekolahnya dibandingkan teman-temannya yang lain. Pada suatu hari disaat hujan deras, ia bermain di halaman sekolah bersama temannya yang bernama Bowo, ia juga anak dari keluarga perantauan asal kota Madura, Bowo terkenal nakal dan jahil kepada teman-temannya. Pada saat Dinta tengah berlari-lari dengan teman yang lain, Bowo mendorongnya hingga jatuh ke dalam kubangan air hujan yang kotor. Lalu Dinta pun menangis dan ada seorang guru kelas yang bernama ibu Mawar. Beliau lalu memandikannya dengan ditonton oleh kawa-kawan 1 kelasnya. Dengan rasa malu dan sedih di hati, ia pun dimandikan oleh ibu gurunya.

Hari demi hari berlalu dan pada suatu saat ia mendapatkan kabar bahwa ia tak lama lagi ia akan mendapatkan adik. Dan pada suatu malam ia dikabarkan bahwa telah mempunyai seorang adik. Dengan rasa gembira ia menymbut kehadiran seorang adik dalam keluarganya. Adiknya diberi nama Ziafi Aunirrauf dan biasa dipanggil dengan nama Afi.

Saat itu Dinta telah 1 tahun menjejaki taman kanak-kanak itu. Ia pun mendaftar sekolah di SDN Mendawai 2 kecamatan Arut Selatan Pangkalan Bun. Suka dan duka selam 6 tahun ia jalani. Hal yang tak pernah akan terlupakan adalah ketika ia berkelahi dengan seorang anak yang terkenal nakal di sekolah itu. Ia berkelahi karena ada seorang anak yang merupakan teman akrabnya dan juga anak dari teman orang tuanya. Dinta pun merasa ketakutan sehingga ia menangis.
Pada saat SD, ia sangat penakut tapi gembelengan alias banyak bertingkah. Ia juga mempunyai teman banyak dan sangat akrab. Prestasi kebanggannya adalah pada saat ia mendapatkan peringkat ke 4 di kelas dengan jumlah 15 murid., dikarenakan pada saat itu kelas ia IV dan keadaan tengah mencekam akibat kerusuhan antar suku di lingkungan tempat tinggalnya.
Ketika ia telah duduk di bangku kelas V, ia mulai menaruh perhatian kepada lawan jenisnya. Namun hal itu hanyalah sebuah candaan belaka dari teman-teman yang sering mengejeknya.
Setelah kelas VI dan mulai di penghujung masa SD nya , ia mulai mendapat perhatian dari seorang siswi perempuan yang 1 kelas. Pada awalnya siswi tersebut sangatlah sombong kepada Dinta, akan tetapi gara-gara sebuah permainan bola basket, siswi tersebut mulai menaruh perhatian kepada Dinta. Namun itu hanya berlangsung sekejap saja karena tak lama dari itu, mereka dipisahkan dengan kelulusan.

Setelah ia lilus dari SD itu, ia melanjutkan di SMP N 1 Pangkalan Bun yang merupakan sekolah favorit disana. Pada awal di sekolah itu, ia merasakan sesuatu yang sangat berbeda terutama dari teman-teman baru mereka. Ia duduk di kelas VII-5, dan ia mulai menyiapkan diri untuk menjadi siswa yang rajin. Namun ternyata apa yang ia ingiinkan tidak sejalan dengan keadaan, dikarenakan jarak antara rumah dan sekolahnya cukup jauh. Sehingga ia sering terlambat untuk masuk ke sekolah. Di kelas itu ia semakin akrab dengan teman-teman. Ia selalu diberi uang jajan oleh orang tuannya sangat pas, dan terkadang ia iri dengan teman-temannya yang selalu bisa membeli jajan lebih darinya. Terkadang ia ngamen di kelas, yang tadinya hanya untuk hiburan belaka, namun teman-teman dikelas ada yang memberinya imbalan cukup besar. Apalagi ada seorang siswi yang penampilannya bisa dibilang tomboy, ia selalu memberi imbalan yang tak pernah aku kira. Ternyata diam-diam ia menyimpan rasa kepada Dinta. Namun Dinta baru menyadarinya ketika ia akan pergi meninggalkan sekolah itu. Pada masa sekolah di SMP itu, ia mulai merasa tertarik kepada siswi kelas IX nya, karena setiap ia pulang, pasti selalu bareng. Sehingga ia merasa ada getaran yang timbul setiap senyuman yang keluar.
Tak berapa lama kemudian, ia mendapat kabar bahwa akan pindah ke jawa mengikuti orang tuannya yang ditugaskan di jawa.

Pada suatu hari di saat setelah pengumuman kenaikan kelas, ia pun bersiap untuk pergi meninggalkan suatu tempat dimana ia dibesarkan, dimana ia mengerti akan suatu kehidupan di tanah rantau.
Dengan sangat berat ia pun meninggalkan kota itu dan akan berhadapan dengan kehidupan baru di pulau jawa.

Sesampainya di jawa, ia dan keluarganya tinggal di rumah saudara ibunya. Dinta pun melanjutkan sekolahnya di SMP N 1 Wangon Jawa Tengah. Saat itu ia melanjutkan di kelas VIII-B. Dengan kondisi dan keadaan yang baru, ia masih perlu beradaptasi dengan suasana dan lingkungannya. masalah utama yang ia hadapi saat itu adalah masalah bahasa. Dikarenakan ia masih belum bisa menggunakan bahasa jawa, ia hanya menjadi bahan ejekan oleh teman-temannya. Ia pun masih bersikap sopan terhadap teman-temannya yang mengejeknya. Ia kadang merasa tertindas karena selalu di hina dengan bahasa yang kurang menyenangkan oleh teman-teman barunya. Untung oa mempunyai sahabat yang bisa mengerti keadaan saat itu. sahabatnya selalu menenangkan hatinya disaat ia mendapat hinaan dari teman-temannya. Di sekolah itu ia aktif dalam kegiatan sepak bola, sepak bola merupakan minat dan impiannya di masa yang akan datang nanti. Telah banyak even yang ia ikuti, mulai dari tingkat desa hingga kabupaten. Di akhir kelas VIII, ia mulai benar-benar merasakan apa itu jatuh cinta dan sangat ingin merasakan dunia pacaran.

Pada suatu hari, ia bertemu dengan seorang wanita di suatu acara, dan anehnya baru berkenalan, mereka pun sudah berani untuk bergandengan tangan, walaupun tanpa mereka sadari bahwa orang tua Dinta sedang ada di lokasi tersebut. Mereka pun ketahuan namun orang tua Dinta tidak pernah memarahinya. Dan pada suatu waktu, mereka pun mulai merasakan apa itu pacaran.
Mungkin karena mereka sangat menikmati hubungan itu, sampai-sampai Dinta kelewatan batas dengan mulai berani menentang apa yang dilarang oleh orang tuannya.
Pada akhir-akhir masa SMP nya, ia mendapatkan sebuah kasus dimana ia melakukan pelanggaran terhadap aturan dii sekolahnya. Ia pun diancam akan dikeluarkan dari sekolahnya. Namun karena pertimbangan akan menghadapi ujian nasional, maka ia hanya diberi peringatan oleh pihak sekolah. Dan karena hal itu, ia mulai bersumpah untuk tidak berkelahi kembali.

Akhirnya ia lulus SMP dengan nilai yang memuaskan. Namun kabar yang tidak di inginkan pun dantang kembali. Ia harus pergi meninggalkan pulau jawa dan harus berhijrah mengikuti orang tuannya yang dipindahkan ke Sumatera tepatnya di Liwa Lampung barat. Sebuah kota perbatasan antara Lampung dengan Sumatera Selatan. Di sana ia mendaftar di sebuah SMA N 1 Liwa Lampung Barat. Kembali kegiatan adaptasi  harus ia lakukan. Dengan kondisi alam yang sangat dingin karena berada di lereng pegunungan, ia harus terbiasa dengan kondisi yang seperti itu. Ia masuk di kelas X-5. Disana ia di calonkan untuk menjadi wakil ketua kelas. Karena faktor bahasa yang menghambat pergaulannya, maka kadang ia termenung sendiri. dan tak jarang juga teman-temannya membantunya untuk dapat berbahasa daerah Lampung.
Di sekolah itu, ia mulai aktif di sepak bola, dan mulai berkembang pada kelas XI. Ia mulai bermain di level kabupaten. Ia mulai dikenal banyak penggemar sepak bola di daerah itu. Hingga kelas XI, ia masih tetap berhubungan dengan wanita yang dipacarinya 3 tahun yang lalu, dengan sistem jarak jauh, mereka hanya mengandalkan kepercayaan saja untuk menjaga hubungan mereka. Namun mungkin karena pergaulan dan iri melihat teman-teman yang bisa bersama pacarnya kapanpun. akhirnya ia memutuskan untuk mencari lagi disana. Ia pun mendapatkan wanita juga dari sebuah acara, namun ternyata ia tertipu oleh penampilan wanita itu, ternyata ia masih duduk di bangku SD.
Dia pun mencoba mencari lagi dan menemukan anak SMA tepatnya 1 kelas, dan itu pun harus berebut dengan sahabatnya sendiri.
Ya.... itulah namanya cinta,, kadang cinta itu buta sehingga tak bisa membedakan mana kawan mana lawan.

Pada suatu hari ia memilih untuk memutuskan hubungannya dengan wanita yang ada di jawa, karena menurut merka sudah tak ada lagi kecocokan antara mereka,,
Ia semakin liar dalam mencari cinta, siapapun mulai ia dekati dan mencoba dijadikan pacar,,
sampai-sampai orang tuanya heran dengan apa yang dilakukan anknya itu.

Waktu semakin berjalan dan ia semakin matang di sepak bolanya, ia menghadiahi sekolahnya dengan 4x juara dan mewakili kompetisi di luar lampung.
Sudah mendekati waktu ia untuk meninggalkan sekolah itu, dan ia bercita-cita untuk melanjutkan sekolahnya di Universitas Negeri Yogyakarta, namun tak kesampaian. Ia pun mendaftar di AMIKOM Yogyakarta. Ia berangkat bersama ayahnya. Sesampainya di Jogja, ia langsung mendaftar dan diterima di AMIKOM itu, mereka kemudian melanjutkan mencari tempat tinggal. Namun setelah beberapa hari, ia mulai merasa tidak betah di situ. Akhirnya ia berbicara dan menjelaskan semua kepada keuarganya. Ia melihat pancaran raut kekecewaan dari orang tuanya. Namun semua itu memang tak dapat dipaksakan. Akhirnya mereka memutuskan untuk membatalkan niat bersekolah di Jogja.
Ia kemudian kembali ke Lampung dan menunggu pendaftaran Universitas Jendral Soedirman di Purwokerto, dan pada saat pendaftaran dibuka, ia kembali kejawa untuk mendaftar, namun nasib kurang baik ia alami kembali. Ia tak diterima di situ. Akhirnya ia memutuskan untuk mendaftar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, sebuah universitas swasta, dan ia diterima melalui tes.

Pada awal menjalani kehidupan kuliah dan hidup di kos-kosan, ia sangat tersiksa, karena jauh dari keluarga. Ia terkadang menangis karena rindu dengan keluarganya disana. Ditambah lagi, ia telah memutuskan hubungannya dengan wanita-wanita yang pernah dipacarinya.
Rasa sepi telah melengkapi kehidupan awalnya. Tak lama dari itu, ia berkenalan bengan seorang wanita yang juga bersekolah di kampus itu. Ia semakin hari semakin akrab dan dekat. Namun setelah ada seorang wanita lagi yang datang dalam kehidupannya, semua suasana telah berubah. keakraban itu hilang, canda tawa itu hilang, apalagi setelah wanita itu mendengar bahwa ia telah berpacaran dengan wanita lain. akhirnya ia sadar bahwa wanita itu ternyata menyimpan rasa cinta yang terpendam.Namun semua telah berlalu.

Dinta menjalani kisah cinta itu dengan bahagia, dalam hubungannya sangat tenang seakan tanpa ada masalah yang datang menimpa hubungan mereka. Wanita itu bernama IIS, ia berkenalan melalui suatu situs jejaring sosial. Dan karena kedekatan mereka, akhirnya mereka saling jatuh cinta, Iis pun ternyata telah mengetahui banyak tentang dinta dari saudaranya. 

Setelah sekian lama, tenyata masalah pasti akan selalu melanda setiap hubungan,,
Namun dengan adanya masalah, mereka selalu menjadikan masalah itu sebagai pelajaran dan bekal untuk melangkah kedepan guna terciptanya dan terwujudnya segala impian mereka. Setelah hadir Iis, kehidupan ia yang jauh dari orang tua seakan selalu bahagia dan mempunyai tempat persinggahan dikala hatinya tengah rindu kepada orang tuanya.

Dan pada suatu hari, ia mendapat kabar bahwa keluargnya akan pindah ke Purwokerto, karena adiknya akan meneruskan sekolah disana. Hari yang dinanti pun tiba, hari itu adalah hari dimana ia kembali bisa bersama berkumpul dengan keluarganya.

Dan sampai detik ini, mereka selalu berbahagia bersama....




Terimakasih.....


0 komentar:

Posting Komentar